Ki Gede Sebayu
Sebayu, keturunan trah Majapahit yang memilih diam cegah dhahar lawan guling, karena prihatin. Bahkan pada saat suasana makin kacau, Ki Ageng Ngunut (kakek Sebayu) mendesak Sebayu agar menyelamatkan Kerajaan Pajang. Namun, Sebayu menolak.
Melihat penderitaan manusia akibat perebutan kekuasaan antar keluarga itu tidak kunjung reda, Sebayu malah pilih pamit untuk menyingkir ke barat. Dia melepas atribut kebangsawanannya dan mengembara mencari hakekat hidup.
Sampailah dia di sebuah daerah penuh ilalang, padang rumput luas dengan sungai besar yang dialiri air bening sampai muara laut utara. Dia terperangah melihat hamparan padang rumput luas yang nyaris tak berpenghuni itu.
Temukan Persinggahan
Di sana hanya ada beberapa bangunan semipermanen yang dihuni sejumlah santri dan sebuah makam keramat. Makam tersebut adalah tempat jenazah Sunan Panggung atau Mbah Panggung dikebumikan.
Terbersitlah di benak Sebayu untuk mengajari warga pesisir itu bercocok tanam. Dia merasa menemukan persinggahan yang menjanjikan, sehingga menghentikan pengembaraannya.
Diajaknya warga setempat membabat alang-alang agar jadi tegalan. Selain itu, dia juga membuat bendungan di hulu sungai daerah Danawarih untuk dijadikan sumber air irigasi.
Sementara itu, Pangeran Benow diangkat menjadi raja Pajang. Dia membutuhkan sepupunya, Sebayu, untuk menjadi patih. Dia pun mengutus sejumlah prajurit untuk mencari Sebayu. Di Desa Tegal, tempat Sebayu bermukim, sepupu Benowo itu ditemukan.
Namun, karena Sebayu tidak mungkin meninggalkan rakyat Tegal, Pangeran Benowo melantik dia menjadi juru demang atau sesepuh Desa Tegal. Anugerah sebagai sesepuh desa diberikan pada malam Jumat Kliwon, 15 Sapar Tahun 988 Hijriah, atau tahun 588 EHE. Waktu itu bertepatan dengan 12 April 1580 Masehi.
(diangkat dari opera Sebayu oleh Yono Daryono)
No comments:
Post a Comment
BAGI ANDA YANG MEMPUNYAI BLOG, SILAHKAN BERKOMENTAR MENGGUNAKAN NAME/URL... KOMENTAR MENGGUNAKAN ANONIM ATAU BROKEN LINK TIDAK AKAN SAYA RESPON DAN AKAN SEGERA DIHAPUS.