Skripsi oleh Siti Fatimah ini
Telah dipertahankan di depan dewan uji
Pada tanggal 30 Desember 2008
Dewan Penguji I
Drs. Sutarno, M.Pd, Ketua
Drs. Sunyoto S. Pd. M.Si, Anggota
Drs. Imam Hanafi, M.M, Anggota
Mengetahui Mengesahkan
Ketua Jurusan Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan
Drs. Sutarno, M.Pd Prof. Dr. Hendyat Soetopo M. Pd.
|
ABSTRAK
Fatimah, Siti. 2008. Penanaman Konsep Keliling Persegi Panjang Melalui Pendekatan Realistic Mathematic Education Pada Siswa Kelas III Di SDN Darungan 01Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar.Skripsi, Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar Dan Pra Sekolah FIP Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1)Drs. Sunyoto, S.Pd, M.Si ,(II) Drs. Imam Hanafi, M.M
Kata Kunci: Persegi Panjang, Pendekatan, Realistic Mathematic Education
Berdasarkan hasil diskusi dengan guru sebelum melaksanakan penelitian ini, siswa sering melakukan kesalahan konsep mencari keliling persegi panjang, misalnya dengan mengalikan panjang sisi – sisi persegi panjang.
Berdasarkan hal – hal diatas, peneliti berusaha menemukan segala sesuatu yang melatar belakangi, beserta pemecahannya khususnya pada materi keliling persegi panjang dengan menggunakan pendekatan realistic mathematic education.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui mengetahui (1)gambaran tentang pemahaman konsep keliling persegi panjang pada siswa kelas III SDN Darungan 01 melalui pendekatan realistic mathematic education , (2)Mengetahui gambaran tentang hasil belajar siswa kelas III SDN Darungan 01 pada penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan realistic mathematic education.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, dengan memberikan pengalaman belajar yang mencerminkan pembelajaran realistic matematika, yaitu pemanfaatan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari – hari.
Untuk melaksanakan tindakan ini disusunlah rencana tindakan melalui 2 siklus
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat antara lain: (1) untuk dapat dijadikan bahan masukkan dalam mempelajari konsep keliling persegi panjang pada khususnya, (2) dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan dalam menentukan kebijakan untuk perencanaan penyelenggaraan pendidikan, (3) sebagai langkah lanjut untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika yang berorientasi pada RME untuk pokok bahasan keliling persegi panjang siswa kelas III SD melalui kegiatan: 1) mengelilingi halaman sekolah dengan berjalan kaki, 2) menghitung keliling benda yang ada disekitar, 3) menghitung keliling triplek dengan ukuran yang berbeda – beda, 4) menggambar dan membuat persegi panjang
Data dalam penelitian diambil dari hasil evaluasi pada tiap akhir siklus pembelajaran, sedangkan data tersebut dalam bentuk angka – angka yang disajikan dalam tabel. Dengan demikian untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran keliling persegi panjang dapat dilihat dari pencapaian nilai dan ketuntasan siswa pada tiap – tiap siklus.
|
siswa yang tuntas belajar 20 siswa dengan prosentase 83,3%. Dengan demikian kegiatan belajar mengajar dapat diketahui bahwa pengajaran yang dilakukan telah berhasil.
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah tepat pada waktunya tanpa ada hambatan yang berarti.
Penulisan Skripsi ini dibuat untuk memenuhi tugas akhir perkuliahan sehingga dapat lulus dengan gelar sarjana pendidikan pada Universitas Negeri Malang.
Dalam skripsi ini penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih yang tak terhingga kepada:
- Bpk Dr. Hendyat Sutopo, M.Pd sebagai Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang
- Bpk. H. Achmad Samawi, M.Hum sebagai Ketua jurusan KSDP SI PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan UM Malang
- Bpk. Drs. Sutarno M.Pd sebagai ketua Program Studi S1 PGSD UM Malang
- Bpk. Drs. Sunyoto, S.Pd, M.Si sebagai ketua KPP PP III Blitar
- Bpk. Drs. Sunyoto, S.Pd, M.Si sebagai dosen pembimbing I yang sudi meluangkan waktu serta membimbing sampai terselesaikannya skripsi ini.
- Bpk Drs. Imam Hanafi,M.M sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan nasehat - nasehat sehingga mampu menumbuhkan semangat.
- Bpk. Pirman A.Ma sebagai kepala Sekolah SDN Darungan 01
- Ibu Sri Sudarmi S.Pd sebagai guru kelas III SDN Darungan 01
|
- Ayahanda Puguh Hariyanto (Alm), meskipun raga tak lagi berwujud aku yakin restumu selalu bersamaku.
- Ibunda tercinta Sri Utami, yang banyak memberikan nasehat, do’a serta dukungan, karena beliaulah semangatku tumbuh menyelesaikan skripsi ini.
- Suamiku tercinta Handoyo Sujeni yang telah memberikan semangat dan dorongan serta mencurahkan hati dan pikirannya untuk membantu terselesaikannya skripsi ini.
- Kakak – kakakku tersayang Hariyati, Rahayu, Syafriman yang selalu memberikan dukungan serta do’a
- Semua teman – teman yang telah menyumbangkan pemikiran dan saran untuk terselesaikannya skripsi ini.
- Dan semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini .
Semoga segala bantuan yang telah diberikan demi kesuksesan penyelesaian skripsi ini menjadikan amal yang baik dan mendapatkan balasan dari Allah.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Akhirnya semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya.
Bilitar, Desember 2008
|
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
- Latar Belakang .................................................................................. 1
- Rumusan Penelitian ........................................................................... 3
- Tujuan Penelitian ............................................................................... 4
- Hipotesis Penelitian ............................................................................ 4
- Manfaat Hasil Penelitian .................................................................... 4
- Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ...................................... 5
- Definisi Istilah ..................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA
- Tinjauan Tentang Matematika............................................................. 7
- Hakikat Realistic Mathematic Education …………………………… 12
- Mengajarkan Konsep Keliling Persegi Panjang Melalui RME…. ...... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
- Pendekatan Penelitian Dan Jenis Penelitian ..................................... 27
- Kehadiran Peneliti ............................................................................ 28
- Lokasi Penelitian .............................................................................. 28
- Subjek Penelitian .............................................................................. 28
- Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 29
- v
- Teknik Analisis Data ........................................................................ 31
- Langkah – Langkah Penelitian ......................................................... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
- Hasil Penelitian ................................................................................ 37
- Pembahasan ..................................................................................... 48
BAB V PENUTUP
- Kesimpulan ...................................................................................... 50
- Saran ................................................................................................ 51
DAFTAR RUJUKAN .................................................................................. 53
LAMPIRAN
|
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Daftar nilai siklus I pokok bahasan keliling persegi panjang di
SDN Darungan 01
Tabel 2 : Daftar nilai siklus II pokok bahasan keliling persegi panjang di
SDN Darungan 01
Tabel 3 : Daftar nilai sebelum penelitian pokok bahasan keliling persegi panjang di
SDN Darungan 01
|
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Daftar Nama Siswa SDN Darungan 01
Lampiran 2 : Lembar Observasi Guru
Lampiran 3 : Angket / Kuesioner Siswa selama pembelajaran siklus I
Lampiran 4 : Angket / Kuesioner Siswa selama pembelajaran siklus II
Lampiran 5 : Panduan wawancara untuk siswa siklus I
Lampiran 6 : Panduan wawancara untuk siswa siklus II
Lampiran 7 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 8 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat di dunia. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karena diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran, antara lain berpikir sistematis, logis, kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.
Berdasarkan Undang – Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional “ Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran “. Maka guru sebagai pendidik harus dapat merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kemampuan peseerta didik. Dalam merancang pembelajaran guru hendaknya memperhatika tingkat perkembangan intelektual pada siswa sekolah dasar.
Pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi. Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk
meningkatkan keektifan pembelajaran seorang guru perlu memahami dan mengembangkan berbagai metode dan ketrampilan dalam menyikapi mata pelajaran matematika. Dengan kata lain bagaimana cara guru menyampaikan struktur – struktur dan konsep – konsep matematika kepada siswa, sehingga mereka ikut aktif berpartisipasi di dalam proses belajarnya karena matematika lebih mengutamakan proses berpikir siswa.
Didalam pembelajaran matematika seorang guru perlu memahami taraf perkembangan siswa SD sehingga mereka dapat mengajarkan metematika secara baik dengan mempertimbangkan karakteristik ilmu matematika dan siswa belajar. Menurut teori belajar Jean Piaget siswa sekolah dasar kelas III berada pada tahap operasional konkret ( 7 – 12 tahun ). Oleh karena itu sebaiknya pembelajaran matematika di SD dibuat konkret, meskipun itu cukup sulit mengingat matematika lahir sebagai ilmu deduktif yang bersifat abstrak. Contohnya permasalahan yang ada di SDN Darungan 01, untuk mengajarkan konsep keliling persegi panjang banyak guru mengajarkannya dengan langsung memberikan rumus dan meminta siswa untuk menghafalkannya. Pengajaran seperti ini memang dirasakan lebih menguntungkan bagi guru karena prosesnya cepat, tetapi kurang menguntungkan bagi perkembangkan penalaran siswa. Sehingga siswa banyak yang bingung dalam mengerjakan soal tentang mencari keliling persegi panjang. Selain itu guru cenderung menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dan mudah bosan.
Penerapan pendekatan Realistik Mathematic Education dapat dijadikan alternative untuk meningkatkan pemahaman konsep mencari keliling persegi panjang.
Pendekatan RME adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran.
Diharapkan dengan penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan Realistic Matematika Education siswa lebih memahami konsep keliling persegi panjang sehingga siswa mudah dalam mengerjakan soal.
Berkaitan dengan masalah diatas, maka timbul keinginan untuk mengadakan penelitian yang membahas tentang penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan realistic mathematic education (RME) pada siswa kelas III SDN Darungan 01 Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar
B. Rumusan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
- Bagaimana cara penanaman konsep keliling persegi panjang pada siswa kelas III SDN Darungan 01 melalui pendekatan realistic mathematic education ?
- Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas III SDN Darungan 01 pada penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan realistic mathematic education ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui gambaran tentang pemahaman konsep keliling persegi panjang pada siswa kelas III SDN Darungan 01 melalui pendekatan realistic mathematic education
2. Mengetahui gambaran tentang hasil belajar siswa kelas III SDN Darungan 01 pada penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan realistic mathematic education
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan penulis dalam penelitian ini, maka penulis dapat memeberikan jawaban sementara sebagai berikut :
1. Pendekatan Realistic Mathematic Education diterapkan pada siswa kelas III SDN Darungan 01 untuk mencari keliling persegi panjang dengan melibatkan dan mengkaitkan lingkungan sekitar siswa
2. Pendekatan Realistic Mathematic Education dapat meningkatkan prestasi belajar siswa karena dengan pendekatan RME siswa lebih mudah memahami konsep. RME memanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami peserta didik untuk memperlancar proses pembelajaran matematika.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat semua pihak yang terkait, yaitu :
- Peneliti
Mengembangkan kemampuan dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran peningkatan pemahaman konsep keliling persegi panjang bagi siswa kelas III melalui pendekatan realistic mathematic education
- Guru
Sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan mengajar untuk siswa sekolah dasar terutama materi pemahaman konsep keliling persegi panjang serta mencoba untuk mengimplementasikan pendekatan realistic mathematic education
- Siswa
Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SDN Darungan 01
- SDN Darungan 01
Sebagai media koreksi atas penyelenggaraan pendidikan dan sebagai bahan pertimbangan dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan selanjutnya yang lebih baik.
F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini dibatasi dengan judul “penanaman konsep keliling persegi panjang melalui pendekatan realistic mathematic education (RME) pada
siswa kelas III SDN Darungan 01 Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar”, dengan jumlah 24 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan.
G. Definisi Istilah
Untuk menghindari salah tafsir terhadap istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu penegasan beberapa intilah yaitu :
- Persegi panjang
Persegi panjang adalah bangun datar yang mempunyai panjang dan lebar yang keempat sudutnya siku – siku
Persegi adalah bangun datar dua dimensi yang dibentuk oleh empat buah rusuk (a) yang sama panjang dan memiliki empat buah sudut yang kesemuanya adalah sudut siku-siku.
- Pendekatan
Pendekatan dapat dipandang sebagai suatu rangkaian tindakan yang terpola berdasarkan prinsip – prinsip tertentu, yang terarah secara sistematis pada tujuan yang hendak dicapai.
- Realistic Mathematic Education
Adalah pendidikan matematika realistik yang pada dasarnya memanfaatkan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses pembelajaran matematika.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Matematika
a. Pengertian Belajar dan Mengajar
Belajar adalah perubahan yang ada didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Menurut Slameto ( 2003:2 ) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dalam lingkungannya. Sedangkan menurut Hudoyo ( 1979 : 107 ) belajar merupakan suatu proses aktif dalam memperoleh pengalaman baru sehingga menyebabkan perubahan tingkah laku. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahaman, sikap tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, dan lain – lain. Dengan demikian belajar pada dasarnya adalah perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman.
Mengajar dilukiskan sebagai suatu proses interaksi antara guru dan siswa dimana guru mengharapkan siswanya dapat menguasai pengetahuan, kerampilan, dan sikap yang diperoleh guru. Mengajar memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari, bertanya, menebak, menalar bahkan mendebat. Dalam mengajar hendaknya siswa dianggap sebagai subyek bukan sebagai obyek semata, yang hanya menerima apa yang diberikan oleh guru. Menurut Hudoyo ( 1990 : 6 )
mengajar adalah suatu kegiatan dimana mengajar menyampaikan pengetahuan atau pengalaman yang dimiliki kepada peserta didik. Sedangkan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan itu dapat dipahami peserta didik. Sedangkan Sudjana ( 1989 : 7 ) menyatakan bahwa pengertian mengajar adalah membimbing kegiatan siswa belajar, mengatur dan mengorganisasian lingkungan yang ada di sekitar siswa, sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar. Dari rumusan mengajar diatas, disamping berpusat pada siswa yang belajar, juga melihat hakekat mengajar sebagai proses yaitu proses yang dilakukan guru dalam menumbuhkan kegiatan belajar siswa.
Jadi selain berperan sebagai pengajar, guru juga sebagai pembimbing belajar, pemimpin belajar atau fasilitator belajar. Sebagai pembimbing belajar, guru memberikan bantuan kepada siswa agar siswa itu sendiri yang melakukan belajar. Sebagai pembimbing belajar, gurulah yang menentukan kemana siswa akan diarahkan. Sedangkan sebagai fasilitator belajar, guru harus menyediakan atau setidak-tidaknya menciptakan kondisi lingkungan yang dapat menjadi sumber dalam kegiatan belajar siswa. Sehingga dalam mengajar matematika hendaknya guru berusaha menciptakan situasi yang dapat memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif sesuai dengan kemampuan intelektual/ kesiapan intelektual siswa.
b. Mengajarkan Matematika
Mengajarkan matematika merupakan kegiatan pengajar atau peserta didiknya belajar untuk mendapatkan matematika, yaitu kemampuan, keterampilan dan sikap tentang matematika itu. Kemampuan, keterampilan dan sikap yang dipilih pengajar itu harus relevan dengan tujuan belajar yang disesuaikan dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Ini dimaksudkan agar terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didik.
M engajarkan matematika sebagai suatu proses sudah barang tentu harus dapat mengembangkan dan menjawab beberapa persoalan yang mendasar mengenai tujuan, bahan, metode, alat, dan penilaian menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam proses mengajar. Keempat komponen tersebut tidak bisa berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Suatu misal, untuk mencapai tujuan mengajar metode mengajar merupakan factor yang menentukan dalam pembelajaran. Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung mengajar.
c. Tujuan Pengajaran Matematika di SD
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan, diantaranya:
1. Memahami konsep matematika, menjelasakan keterkaitan konsep dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyalesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalm kehidupan , yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan tujuan diatas maka dapat diasumsikan bahwa keberhasilan pengajaran pada materi konsep keliling persegi panjang ditentukan oleh ketuntasan belajar siswa berdasarkan kriteria ketuntasan belajar dalam kurikulum KTSP SDN Darungan 01 sebagai berikut :
a. Ketuntasan Perseorangan
Siswa dikatakan mencapai ketuntasan jika telah mencapai taraf penguasaan minimal 65%. Jika penguasaanya kurang dari 65% diberi bahan pelajaran yang belum dikuasai, sedangkan siswa yang telah mencapai 65% atau lebih diberikan pelajaran pengayaan.
b. Ketuntasan Kelompok
Kelompok atau kelas dikatakan berhasil atau mencapai ketuntasan paling sedikit mencapai 75% dari jumlah siswa dalam kelompok atau kelas itu telah memenuhi kriteria ketuntasan perseorangan.
Apabila telah mendapat 75% dari semua siswa yang mencapai tingkat ketuntasan belajar maka kelas yang bersangkutan dapat melanjutkan kegiatan satuan pelajaran lanjutnya.
Apabila semua siswa dalam satu kelas yang mencapai tingkat ketuntasan belajar masih kurang dari 75% harus diberi bimbingan program perbaikan dari
bagian – bagian yang belum dikuasai atau yang belum mengerti, dan siswa yang sudah mencapai taraf penguasan 75% atau lebih maka diberi pelajaran pengayaan.
d. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar
Mata pelajaran matematika pada Satuan Pendidikan SD/MI meliputi aspek – aspek (1) Bilangan, (2) Geometri dan pengukuran, (3) Pengolahan data (Depdiknas, 2006:35). Dari ketiga aspek tersebut mencakup banyak hal, bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan, geometri dan pengukuran meliputi bangun – bangun baik dua dimensi maupun 3 dimensi, transformasi, simetri baik simetri putar maupun simetri lipat serta bidang koordinat, pengolahan data meliputi pengumpulan data, pengorganisasian data, penyimpulan data, penyajian data, serta pelaporan data, pada pengolahan data ini lebih kepada dengan statistik.
B.Hakikat Realistic Mathematic Education
a. Pengertian Realistic Mathematic Education ( RME )
Pembelajaran matematika realistik merupakan operasionalisasi dari suatu pendekatan pendidikan metematika yang telah dikembangkan di Belanda dengan nama Realistic Matematic Education ( RME ) yang artinya pendidikan matematika
realistik. Pembelajaran matematika realistik pada dasarnya adalah pemanfaatan realitas dan lingkungan yang dipahami siswa untuk memperlancar proses
pembelajaran matematika. Sehingga mencapai tujuan pendidikan matematika secara lebih baik dari pada yang lalu. Yang dimaksud dengan realita yaitu hal – hal yang
nyata atau konkret yang dapat diamati atau dipahami siswa lewat membayangkan, sedangkan yang dimaksud dengan lingkungan adalah tempat siswa berada baik di lingkungan sekolah maupun masyarakat.
Pembelajaran matematika realistik merupakan pendekatan yang orientasinya menuju kepada penalaran siswa yang bersifat realistik. Hal ini sesuai dengan kurikulum KBK dan kurikulum KTSP 2006 yang bertujuan untuk mengembangkan pola pikir kritis, logis, dan jujur dengan berorientasi pada penalaran matematika dalam menyelesaikan masalah. Ada empat pilar dasar yang perlu diperdayakan agar siswa nantinya mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajarnya ( learning to do ) dengan meningkatkan interaksi dengan lingkungan fisik, sosial maupun budaya, sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitarnya ( learning to know ). Dengan demikian siswa dapat membangun pengetahuan dan kepercayaan diri ( learning to be )
kesempatan untuk berinteraksi dengan individu dengan ataupun kelompok yang bervariasi ( learning to live together )
Ada lima tahapan dalam pembelajaran matematika realistic ( Gravemeijer dalam Tarigan, 2006 ) yang harus dilalui siswa, yaitu :
a. Penyelesaian masalah. Siswa diajak menyelesaikan masalah sesuai dengan caranya sendiri. Siswa diajak untuk menemukan sendiri dan lebih penting lagi dia mampu menemukan pendapatnya sendiri.
b. Penalaran. Siswa dilatih untuk bernalar dalam setiap mengerjakan soal. Artinya siswa diberi kebebasan untuk mempertanggunag jawabkan cara / metode yang ditemukan sendiri dengan mengerjakan setiap soal
c. Komunikasi. Diharapka siswa dapat mengkomunikasikan jawaban yang dipilih pada temannya. Siswa juga berhak menyanggah atau menolak jawaban milik temannya yang dianggap tidak sesuai dengan pendapatnya sendiri.
d. Kepercayaan diri. Diharapkan siswa mampu melatih kepercayaan diri untuk menyampaikan jawaban.
e. Representasi. Siswa memperoleh kebebasan untuk memilih bentuk representative yang diinginkan ( benda konkrit, gambar atau lambang ) untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Pada dasarnya dalam pembelajaran matematika realistik seorang siswa didorong untuk memahami sesuatu. Sesuatu itu dapat berupa fakta matematika yang masih baru bagi siswa misalnya pola, sifat, atau rumus tertentu.
b. Prinsip – prinsip Realistic Mathematic Education ( RME )
Ada tiga kunci RME ( Gravemeijer dalam Tarigan, 2006 ) yaitu: Guided reinvention / progressive mathematizing (penemuan kembali terbimbing / pematematikaan progresif). Prinsip ini menghendaki bahwa dalam PMR, dari masalah kontekstual yang diberikan oleh guru di awal pembelajaran, kemudian dalam menyelesaikan masalah siswa diarahkan dan diberi bimbingan terbatas, sehingga siswa mengalami proses menemukan kembali konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika sebagaimana ketika konsep, prinsip, sifat-sifat dan rumus-rumus matematika itu ditemukan. Sebagai sumber inspirasi untuk merancang pembelajaran dengan pendekatan PMR yang menekankan prinsip penemuan kembali (reinvention), dapat digunakan sejarah penemuan konsep/prinsip/rumus matematika. Prinsip penemuan ini mengacu pada pandangan kontruktivisme, yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer atau diajarkan melalui pemberitahuan dari guru kepada siswa, melainkan siswa sendirilah yang harus mengkontruksi (membangun) sendiri pengetahuan itu melalui kegiatan aktif dalam belajar.
Didactical phenomenology (fenomena pembelajaran). Prinsip ini terkait dengan suatu gagasan fenomena pembelajaran, yang menghendaki bahwa di dalam menentukan suatu masalah kontekstual untuk digunakan dalam pembelajaran dengan pendekatan PMR, didasarkan atas dua alasan, yaitu: (a) untuk mengungkapkan berbagai macam aplikasi suatu topik yang harus diantisipasi dalam
pembelajaran dan (b) untuk dipertimbangkan pantas tidaknya masalah kontekstual itu digunakan sebagai poin-poin untuk suatu proses pematematikaan progresif.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa prinsip ke-2 PMR ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan: (a) topik-topik matematika yang diajarkan dan (b) konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa prinsip ke-2 PMR ini menekankan pada pentingnya masalah kontekstual untuk memperkenalkan topik-topik matematika kepada siswa. Hal itu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek kecocokan masalah kontekstual yang disajikan dengan: (a) topik-topik matematika yang diajarkan dan (b) konsep, prinsip, rumus dan prosedur matematika yang akan ditemukan kembali oleh siswa dalam pembelajaran.
Self - developed models (model-model dibangun sendiri). Menurut prinsip ini, model-model yang dibangun berfungsi sebagai jembatan antara pengetahuan informal dan matematika formal. Dalam menyelesaikan masalah kontekstual, siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri model matematika terkait dengan masalah kontekstual yang dipecahkan. Sebagai konsekuensi dari kebebasan itu, sangat dimungkinkan muncul berbagai model yang dibangun siswa. Berbagai model tersebut pada mulanya mungkin masih mirip dengan masalah kontekstualnya. Ini merupakan langkah lanjutan dari re-invention dan sekaligus menunjukkan bahwa sifat bottom up mulai terjadi. Model-model tersebut diharapkan akan berubah dan mengarah kepada bentuk matematika formal. Dalam PMR diharapkan terjadi urutan pengembangan model belajar yang bottom up.
c. Karakteristik Pembelajaran Metematika Realistik
Pembelajaran realistic mathematic education memiliki lima karakteristik, yaitu: a) the use of context (menggunakan masalah kontekstual), b) the use models (menggunakan berbagai model), c) student contributions (kontribusi siswa), d) interactivity (interaktivitas) dan e) intertwining (terintegrasi).
Pembelajaran realistic mathematic education memiliki lima karakteristik, yaitu: a) the use of context (menggunakan masalah kontekstual), b) the use models (menggunakan berbagai model), c) student contributions (kontribusi siswa), d) interactivity (interaktivitas) dan e) intertwining (terintegrasi).
Menggunakan masalah kontekstual ( the use of context ). Pembelajaran matematika diawali dengan masalah kontekstual, sehingga memungkinkan siswa menggunakan pengalaman atau pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya secara langsung. Masalah kontekstual tidak hanya berfungsi sebagai sumber pematematikaan, tetapi juga sebagai sumber untuk mengaplikasikan kembali matematika. Masalah kontekstual yang diangkat sebagai topik awal pembelajaran, hendaknya masalah sederhana yang dikenali oleh siswa. Masalah kontekstual dalam PMR memiliki empat fungsi, yaitu: (1) untuk membantu siswa menggunakan konsep matematika, (2) untuk membentuk model dasar matematika dalam mendukung pola pikir siswa bermatematika, (3) untuk memanfaatkan realitas sebagai sumber aplikasi matematika dan (4) untuk melatih kemampuan siswa, khususnya dalam menerapkan matematika pada situasi nyata (realitas).
Menggunakan berbagai model (the use of context ). Istilah model berkaitan dengan model matematika yang dibangun sendiri oleh siswa dalam mengaktualisasikan masalah kontekstual ke dalam bahasa matematika, yang
merupakan jembatan bagi siswa untuk membuat sendiri model-model dari situasi nyata ke abstrak atau dari situasi informal ke formal.
Kontribusi siswa ( student contributions ), siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mengembangkan berbagai strategi informal yang dapat mengarahkan pada pengkonstruksian berbagai prosedur untuk memecahkan masalah. Dengan kata lain, kontribusi yang besar dalam proses pembelajaran diharapkan datang dari siswa, bukan dari guru. Artinya semua pikiran atau pendapat siswa sangat diperhatikan dan dihargai.
Karakteristik yang keempat adalah interaktif ( interactivity ). Interaksi terjadi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa, serta siswa dengan perangkat pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam PMR. Bentuk-bentuk interaksi seperti: negosiasi, penjelasan, pembenaran, persetujuan, pertanyaan atau refleksi digunakan untuk mencapai bentuk pengetahuan matematika formal dari bentuk-bentuk pengetahuan matematika informal yang ditemukan sendiri oleh siswa.
Karakteristik yang kelima adalah keterkaitan (interactivity ). Struktur dan konsep matematika saling berkaitan, biasanya pembahasan suatu topik (unit pelajaran) harus dieksplorasi untuk mendukung terjadinya proses pembelajaran yang lebih bermakna. Dalam tesis ini karakteristik ini tidak muncul.
Dari prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas maka dapat dikatakan bahwa permulaan pembelajaran harus dialami secara nyata
Dari prinsip dan karakteristik pembelajaran matematika realistik di atas maka dapat dikatakan bahwa permulaan pembelajaran harus dialami secara nyata
oleh siswa, pengenalan konsep dan abstraksi melalui hal-hal yang konkret sesuai realitas atau lingkungan yang dihadapi siswa dalam kesehariannya yang sudah
dipahami atau mudah dibayangkan siswa. Sehingga mereka dengan segera tertarik secara pribadi terhadap aktivitas matematika yang bermakna. Pembelajaran
dirancang berawal dari pemecahan masalah yang ada di sekitar siswa dan berdasarkan pada pengalaman yang telah dimiliki oleh siswa.
d. Langkah-langkah Pembelajaran Matematika Realistik
Menurut Hadi (2005) peran guru dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu : (a) guru hanya sebagai fasilitator belajar, (b)guru harus membangun yang interaktif, dan (c) guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan membantu siswa menafsirkan persoalan riil.
Menurut Hadi (2005) peran guru dalam pembelajaran matematika realistik, yaitu : (a) guru hanya sebagai fasilitator belajar, (b)guru harus membangun yang interaktif, dan (c) guru harus memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif menyumbang pada proses belajar dirinya dan membantu siswa menafsirkan persoalan riil.
Berdasarkan pada uraian diatas, langkah – langkah dalam pembelajaran yang mengacu pada RME, terdiri dari 4 langkah sebagai berikut ( Yuwono, 2006 )
1. Memahami masalah kontekstual
Langkah ini merupakan kegiatan siswa dalam memahami masalah. Masalah ini mengacu pada konteks siswa. Apabila siswa kesulitan dalam memahami masalah kontekstual, guru perlu memberi pertanyaan pancingan agar siswa terarah pada pemahaman kontekstual.
2 Menjelaskan masalah kontekstual.
Yaitu jika dalam memahami masalah siswa mengalami kesulitan, maka guru menjelaskan situasi dan kondisi dari soal dengan cara memberikan petunjuk-
petunjuk atau berupa saran seperlunya, terbatas pada bagian-bagian tertentu dari permasalahan yang belum dipahami.
3 Menyelesaikan masalah kontekstual
Yaitu siswa secara individual menyelesaikan masalah kontekstual dengan cara mereka sendiri. Cara pemecahan dan jawaban masalah berbeda lebih
diutamakan. Dengan menggunakan lembar kerja, siswa mengerjakan soal. Guru memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri.
4. Membandingkan dan mendiskusikan jawaban.
Guru menyediakan waktu dan kesempatan kepada siswa untuk membandingkan dan mendiskusikan jawaban masalah secara berkelompok. Siswa dilatih untuk
mengeluarkan ide-ide yang mereka miliki dalam kaitannya dengan interaksi siswa dalam proses belajar untuk mengoptimalkan pembelajaran.
5. Menyimpulkan
Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menarik kesimpulan tentang suatu konsep atau prosedur. Dalam langkah ini terjadi interaksi antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru.
e. Kelebihan dan Kerumitan Penerapan Pendekatan RME
Kelebihan dari Realistic Mathemathic Education (RME) antara lain
Kelebihan dari Realistic Mathemathic Education (RME) antara lain
sebagai berikut :
1. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang keterkaitan antara matematika dengan kehidupan sehari‑hari (kehidupan dunia nyata) dan kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
2. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa matematika adalah suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan sendiri oleh siswa tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam bidang tersebut.
3. RME memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal dan tidak harus sama antara orang yang satu dengan yang lain. Setiap orang bisa menemukan atau menggunakan cara sendiri, asalkan orang itu bersungguh‑sungguh dalam
mengerjakan soal atau masalah tersebut. Selanjutnya dengan membandingkan cara penyelesaian yang satu dengan cara penyelesaian yang lain, akan bisa diperoleh cara penyelesaian yang paling tepat, sesuai dengan proses penyelesaian soal atau masalah tersebut.
4. PMR memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu yang utama dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep‑konsep matematika, dengan bantuan
pihak lain yang sudah lebih tahu (misalnya guru). Tanpa kemauan untuk menjalani sendiri proses tersebut, pembelajaran yang bermakna tidak akan terjadi.
Sedangkan beberapa kerumitan dalam penerapan pendekatan PMR antara
lain sebagai berikut :
1. Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah untuk dipraktekkan, misalnya mengenai siswa, guru dan peranan soal kontekstual. Di dalam PMR siswa tidak lagi dipandang sebagai pihak yang mempelajari segala sesuatu yang
sudah “jadi”, tetapi sebagai pihak yang aktif mengkonstruksi konsep‑konsep matematika. Guru dipandang lebih sebagai pendamping bagi siswa.
2. Pencarian soal‑soal kontekstual yang memenuhi syarat‑syarat yang dituntut RME tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu dipelajari
siswa, terlebih lagi karena soal‑soal tersebut harus bisa diselesaikan dengan bermacam‑macam cara.
3. Upaya mendorong siswa agar bisa menemukan berbagai cara untuk menyelesaikan soal, juga bukanlah hal yang mudah bagi seorang guru.
4. Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui soal‑soal kontekstual, proses pematematikaan horisontal dan proses pematematikaan vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan mekanisme, berpikir siswa harus diikuti dengan cermat, agar guru bisa membantu siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap konsep‑konsep
matematika tertentu.
Walaupun pada pendekatan RME terdapat kendala-kendala dalam upaya
Walaupun pada pendekatan RME terdapat kendala-kendala dalam upaya
penerapannya, Kendala-kendala itu akan dapat teratasi jika pendekatan RME sering diterapkan. Hal ini sangat tergantung pada upaya dan kemauan guru,
siswa dan personal pendidikan lainnya untuk mengatasinya. Menerapkan suatu pendekatan pembelajaran yang baru, tentu akan terdapat kendala- kendala yang dihadapi di awal penerapannya. Kemudian sedikit demi sedikit, kendala itu akan terasi jika sudah terbiasa menggunakannya.
f. Kaitan Matematika Realistik dengan Kurikulum Matematika 2006 ( KTSP )
Penekanan pembelajaran matematika kurikulum 2006 pada hakikatnya pada aspek pemecahan masalah, pengembangan cara berpikir dan bernalar, dan mengkomunikasikan bilangan matematika pada berbagai konteks ilmu pengetahuan dan teknologi ( Depdiknas, 2006 )
Kegiatan belajar mengajar dalam kurikulum matematika 2006 (KTSP) lebih banyak sejalan dengan RME, oleh karena pendekatan dalam pembelajarannya lebih mengarah pada pola kontruktivisme. Dalam RME, guru lebuh banyak berperan sebagai fasilitator dan lingkungan belajar agar siswa dapat belajar secara optimal. Dalam hal pemerolehan hasil belajar matematika, kegiatan belajar mengajar dengan RME sama- sama menekankan dan mengawali dari pemecahan masalah sehingga tahap awal kegiatan pembelajaran siswa langsung dihadapkan pada masalah nyata yang sederhana menuju ke masalah yang kompleks.
Berdasarkan uraian diatas pendekatan pembelajaran RME dapat digunakan sebagai alternative kegiatan belajar mengajar di kelas, khususnya mata pelajaran matematika. Dalam menggunakan pendekatan RME ini perlu disesuaikan dengan lingkungan sekitar anak, pengalaman siswa yang diorientasikan pada rambu – rambu kegiatan belajar mengajar dimana anak sebagai pusat belajar dan guru sebagai fasilitator.
C. Mengajarkan Konsep Keliling Persegi Panjang Melalui RME
Bangun datar dapat didefinisikan sebagai bangun yang mempunyai dua dimensi dengan permukaan rata, tidak mempunyai tinggi atau tebal. Salah satu istilah bangun datar yang diajarkan pada anak sekolah dasar yaitu persegi panjang. Persegi
panjang adalah bangun datar yang mempunyai panjang dan lebar yang keempat sudutnya siku – siku. Sifat – sifat atau ciri – ciri persegi panjang diantaranya :
a. mempunyai 4 sisi
b. sisi – sisi yang berhadapan sejajar dan sama panjang
c. keempat sudutnya sama besar yaitu siku – siku
Pada dasarnya hal – hal yang dipelajari dalam geometri merupakan himpunan titik – titik yang tak terhingga. Layaknya konsep – konsep lain dalam matematika, konsep geometri bersifat abstrak. Akan tetapi konsep – konsep geometri dapat diwujudkan dengan konkret. Gambar dan model – model geometri dapat diamati secara langsung oleh siswa saat pembelajaran berlangsung, sehingga menjadikan kegiatan yang menyenangkan dan menantang dan pembelajaran lebih
bermakna. Menurut teori belajar Ausebel kebermaknaan pembelajaran akan membuat kegiatan belajar lebih menarik, bermanfaat, dan menantang. Dan konsep matematika akan mudah dipahami dan lebih tahan lama diingat oleh siswa.
Banyak siswa menganggap sulit tentang mencari keliling persegi panjang, disebabkan berbagai macam faktor, diantaranya pertama pembelajaran kurang bermakna sebagai akibat kurangnya guru dalam mengkaitkan materi dengan dunia nyata terhadap kemampuan yang telah dimiliki siswa, kedua kurangnya siswa diberi
kesempatan untuk menemukan kembali dan mengkontruksi ide – ide matematika, dan ketiga, kurangnya guru dalam mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi lingkungan anak.
Penanaman konsep keliling persegi panjang dapat dipahami siswa dengan menggunakan pendekatan RME, dimana pembelajaran diawali dari kehidupan nyata
siswa yang selalu ditemui dalam kehidupan siswa dengan menggunakan obyek langsung yang menarik. Untuk membangun pengetahuan siswa secara bermakna terhadap materi keliling persegi panjang, siswa dapat dibentuk menjadi beberapa kelompok kecil. Pembentukan kelompok kecil dalam pembelajaran dimaksudkan agar siswa terbiasa bekerjasama dalam memecahkan suatu persoalan. Melalui kerjasama dalam kelompok, siswa diharapkan dapat saling bertukar ide, mengkonfrontasi jawaban siswa lainnya, dan akhirnya siswa mampu menemukan jawaban atau memberikan alternative pemecahan masalah. Dengan cara bekerjasama dan usaha menemukan sendiri jawaban yang diperoleh diharapkan siswa memperoleh pengetahuan yang tidak sekedar verbal tetapi bersifat bermakna.
Kegiatan pembelajaran yang menarik perhatian siswa akan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep – konsep yang dipelajarinya. Pada konsep keliling persegi panjang dapat ditanamkan kepada siswa melalui kegiatan siswa. Misalkan siswa diminta berjalan mengelilingi halaman sekolah sambil mengukur panjang lintasan yang dilaluinya dengan menggunakan tali, tongkat, atau langkah kaki. Kegiatan selanjutnya siswa diminta menelusuri sisi meja dengan menggunakan jengkal tangan mulai dari sebelah kiri ke sisi berikutnya dilanjutkan ke sisi sebelah kanan dan kemudian sampai akhirnya kembali ke sisi semula. Kemudian barulah siswa diperkenalkan istilah keliling suatu bidang sebagai panjang lintasan pinggir atau batas dari bidang yang dimaksud.
Pemahaman konsep keliling berdasarkan kegiatan siswa tersebut perlu diperkuat dengan latihan menghitung keliling benda – benda yang ada disekitar siswa
yang berbentuk persegi panjang dengan menggunakan penggaris. Misalnya menghitung keliling buku tulis, pigora, keramik dll. Dari kegiatan tersebut dapat ditarik kesimpulan keliling persegi panjang adalah jumlah keempat sisi – sisi bangun tersebut. Setelah siswa memahami konsep perhitungan keliling persegi panjang, maka siswa dapat dibawa ke situasi yang abstrak dalam bentuk rumus.
Rumus keliling persegi panjang dapat ditulis :
Keterangan :
K = keliling persegi panjang
p = panjang persegi panjang
l = lebar persegi panjang
Untuk mengetahui sejauh mana perkembangan, daya tangkap, dan keberhasilan siswa maka setiap akhir pembelajaran peneliti mengadakan tes evaluasi. Jika keberhasilan kelas kurang dari 75 % yang perpedoman pada kurikulum KTSP 2006 SDN Darungan 01, maka siswa perlu pengajaran ulang untuk materi yang belum dikuasai.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan desain penelitiannya adalah interaktif. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (Action Research) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti dikelas atau bersama – besama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dikelasnya melalui tindakan pembelajaran dalam satu siklus. Model penelitian tindakan kelas ini adalah kolaboratif karena peneliti melaksanakan pengidentifikasian masalah, analisis masalah, merancang tindakan dan merefleksikan tindakan.
Manfaat penelitian tindakan kelas meliputi dua aspek pertama, aspek akademis yaitu untuk membantu guru menghasilkan pengetahuan yang relevan bagi kelas guna memperbaiki mutu pembelajaran dalam jenjang pendidikan, kedua manfaat praktis dari pelaksanaan PTK adalah pelaksanaan inovasi belajar, sebagai pengembang kurikulum tingkat sekolah, dan sebagai peningkatan profesionalisme guru.
B. Kehadiran Peneliti
Pada penelitian ini kehadiran peneliti sangat diperlukan. Peranan peneliti ini adalah sebagai instrument dan sekaligus pengumpul data. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain Penelitian ini melibatkan guru kelas III sebagai pelaksana tindakan, sedangkan peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi. Jadi, peneliti bertindak sebagai instrument dan pengumpul data yaitu merefleksikan dan mengambil keputusan pada setiap siklus.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas III SDN Darungan 01 yang terletak di desa Darungan yang merupakan wilayah Kecamatan Kademangan Kabupaten Blitar. Ada beberapa alasan yang mendasari penelitian ini, antara lain :
1. Kurangnya pemahaman siswa tentang konsep keliling persegi panjang.
2. Sebagian besar siswa di SD ini berlatar belakang tidak mampu sehingga motivasi belajar siswa sangat rendah.
D. Subyek Peneliti
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Darungan 01 kecamatan Kademangan dengan jumlah 24 siswa, yang terdiri dari 13 siswa laki – laki dan 11 siswa perempuan
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi berupa angket, wawancara, observasi, dokumentasi dan tes.
1. Angket
Angket diberikan kepada siswa kelas III untuk memperoleh informasi yang terkait dengan metode pembelajaran yang selama ini dilaksanakan, angket ini berisi tentang minat siswa dalam pembelajaran sebelum penelitian dilaksanakan dan sesudah penelitian dilaksanakan.
2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan guru kelas dan murid guna untuk mengetahui preoses belajar selama ini yang digunakan dalam pembelajaran matematika serta respon siswa terhadap pembelajaran sebelum penelitian dan sesudah penelitian dengan menerapkan pendekatan RME. Sehingga dengan melakukan wawancara peneliti bisa menentukan tindakan yang harus dilakukan dan masalah apa yang segera ditangani dalam penelitian kali ini.
3. Observasi
Pengamatan dilakukan peneliti selama PBM berlangsung pada siklus I dan siklus II dengan berpedoman pada lembar kegiatan siswa dalam PBM dan sebagai acuan untuk penilaian proses siswa. Untuk memperoleh data, peneliti bekerjasama dengan guru kelas untuk mengamati peneliti dalam mengorganisasikan pendekatan RME selama Proses Belajar Mengajar berlangsung.
4. Dokumentasi
Peneliti mencari informasi tentang data – data yang diperlukan dalam penelitian berupa kurikulm KTSP, program semester, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, serta tanda hadir siswa.
5. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam pembelajaran baik sebelum menggunakan metode RME maupun yang sudah menggunakan metode RME
F. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang digunakan peneliti unttuk mendapatkan informasi berupa data – data yang diperlukan dan mendukung penelitian ini adalah instrumen berupa angket, wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes.
1. Pedoman Angket atau Kuesioner
Untuk kepentingan data yang diperlukan peneliti guna mendapatkan informasi dengan menggunakan pedoman angket. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yangdiguanakan peneliti untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal – hal yang diketaui (Suharsimi, A, 1997:28).Peneliti memilih kuesioner tertutup yaitu responden disediakan jawaban sehingga tinggal memilihnya
2. Pedoman Wawancara
Wawancara digunakan peneliti untuk menilai keadaan seseorang (Suharsimi, A, 1997:132). Wawancara yang digunakan adalah wawancara terpimpin
yaitu peneliti menyiapkan sederet pertanyaan lengkap dan terperinci untuk kegiatan wawancara.
3. Dokumentasi
Peneliti menggunakan nilaiulangan siswa, presensi siswa untuk mendukung informasi yang didapat.
4. Pedoman Observasi
Observasi digunakan untuk melakukan tindakan yang akan diambil guna memperbaiki proses belajar mengajar dan juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar.
5. Pedoman Tes
Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep setelah pembelajaran berakhir pada pokok bahasan keliling persegi panjang
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian adalah teknik analisis data deskriptif. Analisis data deskriptif kualitatif yaitu disajikan dalam bentuk kata – kata atau kualitatif (Suharsimi. A:1997:213). Data yang terkumpul kemudian dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Hasil belajar juga dianalisis yaitu nilai rata
– rata ulangan yang diperoleh siswa kemudian dikategorikan dalam klasifikasi tuntas dan tidak tuntas. Implementasi pembelajaran dengan menganalisis tingkat keberhasilan kemudian dikategorikan dalam tuntas dan tidak tuntas baik untuk ketuntasan individu maupun ketuntasan kelas.
H. Langkah – Langkah Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model spiral dari Kemis dan Taggart. Dibawah ini bagan penelitian tindakan kelas :
|
|
| ||||||||
|
|
|
| ||||||||||
Siklus penelitian tindakan kelas meliputi empat langkah yaitu : perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.Langkah – langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Siklus I
a. Penyusunan Rencana Tindakan I
Penaliti bersama guru kelas III menyusun rencana tindakan yang meliputi telaah kurikulum untuk mengetahui kompetensi dasar yang akan diajarkan kepada siswa dengan menggunakan pembelajaran RME. Setelah itu membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan media, membuat lembar kerja siswa, menyusun soal – soal tes, dan membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan ini berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun, yaitu membagi siswa dalam 6 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4 siswa, semua kelompok diajak keluar kelas untuk mengelilingi lapangan dengan berjalan kemudian siswa mengukur tepian benda – benda yang berbentuk persegi panjang yang ada di kelas, sedemikian hingga siswa mendapat pemahaman sendiri tentang konsep keliling persegi panjnag, memberikan LKS, siswa curah pendapat dalam kelompok untuk memecahkan permasalahan, memperoleh pengalaman belajar dengan mengalami sendidri guna untuk mendapatkan informasi tentang materi yang dipelajari untuk menemukan konsep dan membangun konsep tentang materi tersebut, pembahasan hasil kerja kelompok, penguatan, siswa diberikan kesempatan untuk
bertanya, penutup, refleksi serta pemberian tindak lanjut berupa PR. Kegiatan terakhir adalah pengamatan / observasi.
c. Melakukan Observasi
Pada waktu kegiatan pembelajaran berlangsung, peneliti melakukan observasi dan mencatat kejadian – kejadian selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang nantinya dapat bermanfaat untuk mengambil keputusan apakah perlu diadakan perbaikan. Peneliti melakukan pengamatan ketika proses belajar mengajar berlangsung yaitu pemahaman siswa tentang konsep kelilling persegi panjang.
d. Melakukan refleksi
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti melakukan refleksi dengan mengacu pada data – data yang diperoleh selama penelitian, setelah itu dideskripsikan dan memilih data – data yang dianggap penting yang mampu menjawab dari rumusan masalah.
Siklus II
a. Penyusunan Rencana Tindakan II
Penyusunan rencana tindakan ke II ini berdasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pada tahap ini yang dilakukan adalah telaah kurikulum memilih kompetensi yang akan diajarkan, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan RME, menyiapkan media pembelajaran yang terkait dengan materi mencari keliling bangun datar persegi panjang contohnya macam persegi panjang dari triplek
dengan ukuran yang berbeda – beda, membuat lembar kerja siswa, menyusun soal – soal dan membuat intrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
b. Pelaksanaan Tindakan II
Pada tahap ini proses belajar mengajar tentang tentang materi persegi panjang dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan yang telah disusun yaitu dengan pembelajaran RME sampai dengan evaluasi hasil belajar siswa
c. Melakukan Observasi
Pada tahap ini yang dilakukan adalah mengamati dan mencatat hal – hal yang terjadi selam proses belajar mengajar berlangsung pada kegiatan belajar siswa dan kegiatan guru selama pembelajaran.
d. Melakukan Refleksi
Pada akhir siklus diadakan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan menganalisisnya untuk membuat kesimpulan atas pembelajaran RME pada materi mencari keliling persegi panjang.
e. Indikator Keberhasilan Siswa
Indikator keberhasilan siswa untuk ketuntasan individu 65%, sedangkan untuk ketuntasan kelas 75% berdasarkan KTSP SDN Darungan 01 pada materi bangun datar.
- Rumus ketuntasan belajar siswa
Jika X > 65 %
X = skor yang diperoleh siswa x 100 %
Skor maksimal
Keterangan : X = Ketuntasan belajar siswa
Seorang siswa dikatakan mencapai ketuntasan ( berhasil ) jika telah mencapai taraf penguasaan 65 %. Siswa yang taraf penguasaan kurang dari 65 % diberikan bahan pelajaran yang belum dikuasai. Sedangkan siswa yang telah mencapai 65 % atau lebih diberikan program pengayaan.
- Rumus ketuntasan kelas
Jika X > 75 %
X = Jumlah Siswa Tuntas x 100 %
Jumlah siswa
Keterangan : X = Jumlah siswa tuntas
Kelas dikatakan telah berhasil jika mencapai paling sedikit 75 % dari jumlah siswa dalam kelompok atau kelas itu telah memenuhi kriteria ketuntasan perseorangan
No comments:
Post a Comment
BAGI ANDA YANG MEMPUNYAI BLOG, SILAHKAN BERKOMENTAR MENGGUNAKAN NAME/URL... KOMENTAR MENGGUNAKAN ANONIM ATAU BROKEN LINK TIDAK AKAN SAYA RESPON DAN AKAN SEGERA DIHAPUS.